Mendengar
kata da’wah, orang sering kali berkata “ah itu mah bukan tugas saya, tugas para
Ulama tuch”. Padahal jika ditelusuri lebih dalam, da’wah yang berarti kegiatan
yang bersifat menyeru dan mengajak orang lain untuk taat kepada Allah SWT, bisa
dilakukan oleh siapa saja. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, “بلغوا عني ولو اية ” yang artinya “Sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”.
Dari
penggalan Hadits tersebut dapat kita ketahui bahwa menyampaikan kebenaran yang
berasal dari Nabi Muhammad SAW itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Karena dalam
hadits tersebut tidak ada aturan yang mengatur bahwa yang menyampaikan itu
hanya ulama. Siapapun bisa menyampaikan kebenaran jika ia sudah tau dan
mengerti akan arti kebenaran itu.
Saat
seseorang sudah mengetahui akan hadits tersebut diatas, tidak serta merta orang
tersebut akan berda’wah. Terkadang timbul pertanyaan dalam dirinya “kenapa saya
mesti berda’wah?”. Ada dua jawaban untuk pertanyaan tersebut, yang pertama,
karena itu perintah Nabi Muhammad SAW, maka kita perlu berdawah. Yang kedua, di
zaman yang serba modern ini, jika kita tidak berda’wah, maka tunggulah
kehancuran moral dan aqidah manusia. Mengapa demikian?
Da’wah
yang berarti menyeru kepada kebaikan, sudah barang tentu orang yang berda’wah
harus sudah berbuat baik terlebih dahulu. Jika tidak, maka da’wahnya tidak akan
ada yang mendengarkan. Disamping itu, Da’wah yang dimulai dari diri sendiri
paling tidak akan menyadarkan diri sendiri agar selalu berbuat baik sehingga da’wah
yang dilaksanakan bisa didengarkan oleh orang lain.
Menanamkan
da’wah dalam jiwa, berarti menanamkan kesempurnaan aqidah dalam raga. Saat
aqidah seseorang sudah sangat melekat dalam jiwa, maka imannya tidak akan
tergoyahkan oleh hal-hal yang menyimpang. Bahkan orang yang mempunyai aqidah
yang kuat, ketika berda’wah ia tidak akan tergoyahkan meski menghadapi cobaan
dan ditentang oleh banyak orang.
Di saat
sekarang ini, penyimpangan terhadap aqidah sudah sangat merjalela. Munculnya
aliran-aliran sesat dan menyesatkan membuat kita harus sering lebih berda’wah
guna membentengi aqidah masyarakat dari kesesatan. Karena jika tidak,
masyarakat yang aqidahnya masih lemah akan cenderung untuk mengikuti
aliran-aliran yang menyesatkan dan akan semakin sulit untuk mengajak masyarakat
kepada kebenaran.
Meskipun
penyimpangan terhadap akidah dan munculnya aliran-aliran sesat sudah
merajalela, tapi di era globalisasi ini kita semua bisa memanfaatkan kemajuan
teknologi untuk membentengi diri kita dan masyarakat dari kesesatan. Kita bisa
memanfaatkan media telekomunikasi dan media canggih lainnya untuk terus
berda’wah. Jangan sampai kita yang dibelenggu oleh kemajuan teknologi, tapi
kita lah yang mengatur untuk apa teknologi itu dimanfaatkan.
Salah
satu da’wah yang bisa kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah
dengan kita menulis tentang menyeru kepada kebenaran di media sosial. Media
sosial yang sering dijadikan ajang curhat oleh sebagian kaum remaja, kita ubah
menjadi media da’wah yang bisa membentengi aqidah seseorang dari kesesatan.
Karena jika tidak demikian, maka kemaksiatan akan mengiringi moral para remaja
yang aktif di media sosial tersebut.
Di
zaman yang serba modern ini, tidak dapat kita pungkiri bahwa kemajuan teknologi
memberikan dampak yang positif dan negatif. Positif dan negatifnya tergantung
bagaimana kita menyikapinya. Semua itu pun tergantung dari seberapa kuatnya
aqidah kita membentengi diri kita dari segala hal yang mungkin terjadi.
Oleh
sebab itu, maka marilah kita semua melaksanakan perintah Rasulullah untuk
berda’wah. Berda’wah untuk diri pribadi dan berda’wah untuk umat. Jika bukan
kita, maka siapa lagi. Jika bukan sekarang, maka kapan lagi. Sebelum dunia ini
habis ditelan waktu, sebelum hayat memisahkan ruh dari raga, sebelum matahari
terbit dari barat, ayo kita berda’wah!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar